BERBAGAI PANDANGAN TENTANG BELAJAR
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Pembelajaran
Pada Program Pascasarjana UIN Alauddin
Makassar
Oleh:
ZUHDIAH
80200215005
Dosen Pemandu:
Dr.H. Susdiyanto, M.Si
Dr. Sulaiman Saat, M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
kehidupan, manusia tidak bisa terlepas dari belajar, karena dengan belajar
manusia menjadi mengerti tentang hal-hal yang sebelumnya belum diketahui.
Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar, baik
melalui jalur formal, nonformal maupun informal. Belajar adalah suatu peristiwa
yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan
dikontrol.[1]
Perubahan
dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam
belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia
dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya.[2]Belajar
membutuhkan interaksi, seorang peserta didik akan lebih cepat memiliki pengetahuan
karena bantuan guru. Sehingga seorang guru, harus memiliki kemampuan dalam
bidang yang diajarkannya.
Guru
menempati kedudukan sentral sebab peranannya sangat menentukan. Ia harus mampu
menerjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum,
kemudian mantransformasikan nilai-nilai tersebut kepada peserta didik melalui
proses pembelajaran di sekolah.[3] Oleh
karena itu, Guru harus mengenal dan mengetahui pentingnya teori belajar dalam
pembelajaran agar mampu menerapkan teori-teori belajar dalam pembelajaran
sesuai dengan keadaan peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2.
Bagaimana
urgensi teori belajar dalam pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar dan Pembelajaran
1.
Pengertian Teori Belajar
Dalam
proses pembelajaran, guru harus memahami berbagai pengetahuan sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pemahaman mengenai
teori belajar. Berikut akan dipaparkan tentang pengertian teori belajar.
Istilah
teori dalam ilmu-ilmu dasar dimaksudkan sebagai perangkat proposisi yang
tergabung secara sistematis sebagai alat untuk menjelaskan, meramalkan dan
mengendalikan gejala yang dapat diamati.[4]
Defenisi belajar yang dikemukan oleh para ahli
pendidikan. Sebagaimana yang diungkapkan Gagne (1984) belajar adalah suatu
proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.[5]
Belajar juga
diartikan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.[6]
Belajar juga
dapat diartikan sebagai proses
perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi peruabahan
perilaku adalah hasil belajar. Artinya seseorang dikatakan telah belajar jika
dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya.[7]
Dari berbagai pandangan belajar diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang relatif permanen pada diri seseorang baik
itu berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai akibat pengalaman.
Menurut Nana Sudjana teori
psikologi dan belajar berarti seperangkat proposisi, kaidah-kaidah yang dapat
menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan sebab-sebab terjadinya perubahan
tingkah laku individu.[8]
Lebih sederhana lagi Muhibbin
Syah memberikan penjelasan bahwa secara
pragmatis teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah
fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.[9]
Jadi dapatlah disimpulkan
bahwa teori belajar merupakan seperangkat proposisi atau kumpulan
prinsip-prinsip yang saling berhubungan dan dapat menjelaskan sejumlah fakta
yang terjadi terhadap perubahan tingkah laku individu yang relatif permanen, baik berupa pengetahuan, keterampilan dan
sikap sebagai akibat pengalaman yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
2.
Pengertian Pembelajaran
Peranan penting seorang guru
di sekolah berhubungan dengan kegiatan membelajarkan peserta didik. Untuk dapat
membelajarkan peserta didik, maka guru melakukan proses pembelajaran. Upaya
membelajarkan peserta didik oleh Dengeng disebut sebagai pembelajaran.[10]
Istilah pembelajaran
berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan
pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa
kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lainnya. Sedangkan mengajar meliputi
segala hal yang guru lakukan didalam kelas.[11]
Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif dan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu peserta didik sebagai
pembelajar dan guru sebagai fasilitator.[12]
Selanjutnya Asrori
menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
yang diperoleh melalui pengalaman individu yang bersangkutan.[13]
Pembelajaran dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk dan cara. Seperti diungkapkan oleh Gagne dalam Made Wena
bahwa pembelajaran yang efektif harus dilakukan dengan berbagai cara dan
menggunakan berbagai macam media pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran,
guru harus memiliki kiat maupun seni untuk memadukan antara bentuk pembelajaran
dan media yang digunakan sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang
harmonis.[14]
Jadi pembelajaran adalah
upaya yang dilakukan agar pembelajar dapat memperoleh perubahan dengan
menggunakan berbagai sumber daya yang ada baik itu dari fasilitator yaitu guru
maupun dari media.
B. Urgensi Teori-Teori Belajar dalam
Pembelajaran
Untuk meningkatkan mutu
pendidikan diperlukan berbagai langkah dalam proses pembelajaran. Dan hasil
belajar menjadi salah satu indikator untuk menilai mutu pendidikan. Untuk
memperoleh atau meningkatkan hasil belajar, tentunya diperlukan proses
pembelajaran yang berkualitas. Oleh sebab itu seorang guru harus berpikir
inovatif, selalu belajar dan mencari permasalahan yang mempengaruhi proses
pembelajaran serta mencari solusi agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, menyenangkan dan bermutu.
Guru merupakan jabatan
profesional, karena ia menuntut dimilikinya disiplin tertentu yang hanya bisa
diperoleh melalui lembaga pendidikan profesi. Lembaga pendidikan profesi yang
dimaksud adalah lembaga pendidikan keguruan termasuk Fakuktas Tarbiyah dan
Keguruan. Lembaga ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi
bagi guru (pendidik) yang kompeten dan profesional melaksanakan profesinya
sesuai dengan keadaan peserta didik.
Dalam perspektif psikologi,
umumnya para psikolog meyakininya bahwa antara dua orang anak (sekalipun kembar)
tidak pernah memiliki respon yang betul-betul sama terhadap situasi
pembelajaran di kelas. Apalagi individu yang satu sama lain berbeda latar
belakangnya, jelas berbeda responsnya terhadap situasi proses pembelajaran.
Setiap individu mungkin saja berbeda dalam hal pembawaan, kematangan, jasmani,
intelegensi, dan keterampilan motorik. Setiap individu akan relatif berbeda
dalam kepribadian. Perbedaan itu tampak dalam penampilan dan cara mengaktualisasikan
pikiran atau pendapat dan ide bahkan dalam memecahkan problem mereka
masing-masing.[15]
Di dalam proses pembelajaran,
terjadi interaksi antara guru (pendidik) dan siswa (peserta didik). Peristiwa
atau interaksi ini sangat perlu dipahami dan dijadikan rambu-rambu oleh guru
dalam menerapka teori belajar. Pengetahuan tentang teori belajar sesungguhnya
tidak hanya diperlukan oleh calon guru yang sedang belajar di Fakultas
Keguruan, para dosen di perguruan tinggi pun bahkan para orang tua pada
prinsipnya juga memerlukan pengetahuan tentang teori belajar.
Di antara banyaknya teori belajar yang
berkembang, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Teori
belajar Behavioristik
Teori
belajar Behavioristik merupakan teori belajar yang berdasarkan atas perilaku.
Teori belajar ini dikembangkan atas dasar perubahan perilaku individu yang
diberikan stimulus tertentu. Riset pada teori ini umumnya dilakukan pada
bunatang. Binatang percobaan diberikan stimulus dan kemudian memperhatikan
respon yang di hasilkan dari stimulus tersebut. Beberapa contoh teori
behavioristik ini adalah teori koneksionisme dari Edward L. Thorndike, teori
Classical Conditioning dari Ivan Vavlov dan teori Operant Conditioning dari B.F
Skinner.[16]
2.
Teori
Belajar Kognitivisme
Teori
belajar kognitif bertujuan untuk mengkontruksi prinsip-prinsip belajar secara
ilmiah yang diterapkan ke situasi kelas dengan menghasilkan prosedur untuk
mendapatkan hasil yang paling baik. Teori belajar kognitif menjelaskan bahwa
belajar bukan sebatas stimulus respon, melaingkan bagaimana pengetahuain itu
dipahami. Teori belajar kognitif menjelaskan tentang bagaimana orang belajar
mencapai pemahaman atas dirinya dan lingkungan untuk mencapai tujuan.
Teori-teori yang masuk dalam aliran kognitivisme diantaranya adalah teori Gestalt
dengan tokohnya Kofka, Kohier dan Wertheimer, Field Teory oleh kurt lewin dan
teori Konstruktivistik oleh Jean Piaget.[17]
Selanjutnya dalam buku Leraning and Instruction Teori dan Aplikasi
terdapat pula aliran Kognitif Sosial oleh Albert Bandura dan Kognitif
Kultural Historis oleh Lev S.Vigotsky.[18]
3.
Teori
Belajar Humanistik
Teori
belajar Humanistik dikembangkan oleh Carl Rogers, merupakan teori yang berbeda
dari teori behaviorisme yang melakukan berbagai percobaan tentang belajar pada
binatang. Teori ini dikembangkan atas asumsi bahwa manuisa berbeda dengan
binatang, binatang bisa saja dapat memberi respon berdasarkan stimulus yang diberikan. Tapi beda halnya
dengan manusia, belajar tidak sebatas itu, karena manusia punya akal dan
fikiran yang ikut mempengaruhi proses belajarnya karena setiap informasi akan
diproses di otak dan manusia menentukan respon apa yang akan ia tampilkan
berdasarkan pemahaman dan keinginannya.[19]
Setiap manusia mempunyai IQ, EQ dan SQ. Inilah yang akan mengontrol tindakan
manusia.
Teori-teori tersebut merupakan ilham yang
mendorong para ahli melakukan eksperimen-eksperimen lainnya untuk mengembangkan
teori-teori baru yang juga berkaitan dengan belajar.[20]Namun,
teori-teori tersebut tidak akan dibahas satu persatu dalam makalah ini. Karena
pembahasan makalah ini terbatas pada urgensi dari teori-teori belajar dalam
pembelajaran.
Thorndike percaya bahwa
praktik pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Menurutnya ada hubungan erat
antara pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Jadi dia
mengharapkan akan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat
belajar, semakin banyak pengetahuan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki praktik
pengajaran.[21]
Pengetahuan yang banyak
tentang hakikat belajar, tentu saja akan guru pahami jika mempelajari tentang
teori-teori belajar, mengaplikasikan dan mengembangkannya dalam proses
pembelajaran di kelas. Dengan memahami teori-teori belajar, maka guru akan
lebih mudah dalam penerapannya di kelas. Selain itu, diperlukan juga
penelitian-penelitian ilmiah, sehingga teori-teori yang ada dapat dikembangkan.
Salah satu solusi agar
pembelajaran berjalan secara baik adalah pendidik harus mengetahui teori-teori
belajar karena teori belajar sangatlah penting, diantara urgensinya adalah:
1.
Kebanyakan
prilaku manusia terbentuk melalui proses belajar. Pengetahuan tentang
prinsip-prinsip dan teori-teori belajar dapat membantu memahami mengapa prilaku
itu terjadi.
2.
Setiap
individu berbeda satu sama lain, dan perbedaan individu mungkin dapat diterangkan dlam pengalaman belajar yang
berbeda.
3.
Belajar
membutuhkan landasan dalam pelaksanaannya.
4.
Belajar
selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perkembangan.
5.
Belajar
merupakan aktivitas psikis yang selalu berlandaskan teori-teori psikologis yang
selalu berkembang.
6.
Belajar
selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal (fisik dan psikis) maupun
faktor eksternal berupa faktor sosial dan non-sosial, sehingga teori-teori yang
berhubungan dengan faktor-faktor tersebut, perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pembelajaran dan ditata sedemikian rupa agar tujuan tercapai.
7.
Belajar
selalu diarahkan pada tujuan, yakni adanya perubahan, baik pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik sehingga dibutuhkan adanya teori yang mendasari
pelaksanaannya.
8.
Dengan
bertambahnya pengetahuan tentang teori dan proses belajar, praktik pendidikan
akan semakin efektif dan efisien.
Teori belajar merupakan hal
yang sangat penting karena memiliki
beberapa fungsi, diantaranya: membuat penemuan menjadi sistematis,
melahirkan hipotesis, membuat prediksi dan memberi penjelasan.[22]
Fungsi teori tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Membuat
penemuan menjadi sistematis
Suatu
teori dapat digunakan untuk membuat penemuan penelitian menjadi sistematis dan
memberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya saling tidak ada
hubungannya.
2.
Melahirkan
hipotesis
Suatu
teori merupakan generator yang tidak ternilai dari hipotesis- hipotesis
penelitian. Salah satu kegunaan teori adalah menyampaikan pada para ilmuwan
letak jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Suatu teori yang baik dapat menghemat
usaha-usaha yang tidak berguna dengan menunjukkan letak segi keuntungan bila
dilakukan penelitian.
3.
Membuat
prediksi
Suatu
teori dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Fungsi ini mirip dengan fungsi
kedua yang telah dikemukakan di atas, tetapi dengan implikasi yang lebih kuat.
Suatu teori bukan hanya membawa ilmuwan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin akan berguna, melainkan teori itu dapat memperlihatkan apa yang
dapat diharapkannya untuk ditemukan bila ia telah melakukan eksperimen atau
pengamatan.
4.
Memberi
penjelasan
Suatu
teori dapat digunakan untuk menjelaskan, jadi fungsi teori dalam hal ini ialah
menjawab pertanyaan “mengapa”, yaitu mengapa terjadi peristiwa-peristiwa
tertentu dan mengapa memanipulasi suatu variabel menghasilkan perubahan pada
variabel yang lain. Banyak kejadian di alam yang ditentukan atau disebabkan
oleh faktor-faktor yang tidak diketahui atau hanya diketahui tidak sempurna.
Jadi, penjelasan kejadian-kejadian semacam itu harus dilakukan secara teoretis.
Snelbecker (1974) berpendapat
bahwa perumusan teori itu bukan hanya penting, melainkan juga vital bagi
psikologi dan pendidikan agar dapat maju atau berkembang, serta memecahkan
masalah-masalah yang ditemukan dalam setiap bidang. Sekarang kita meyadari
bahwa ilmu apapun untuk dapat berkembang, harus dilandasi teori.[23]
Demikian halnya dalam proses pembelajaran, untuk dapat mengembangkan ide-ide
yang digunakan, maka guru memerlukan teori sebagai landasannya.
Untuk menerapkan teori belajar, ada beberapa hal yang harus
diketahui dalam teori belajar :
a. Konsep dasar teori belajar tersebut, beserta ciri dan prasyarat
yang melingkupinya.
b. Bagaimana sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran apabila
teori tersebut diterapkan.
c. Faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, sarana) apa yang perlu
diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran.
d. Tahapan apa yang harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran.
e. Apa yang harus dilakukan peserta didik dalam proses belajarnya.[24]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Teori
belajar adalah prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah
fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan agar pembelajar dapat memperoleh perubahan
dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada.
2.
Teori
pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran, untuk membantu guru,
supaya memiliki kedewasaan dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari
muridnya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara
mengajarnya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Asrori,
Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas. Cet. Kedua; Bandung : CV. Wacana
Prima, 2008.
Dahar,
Ratna Wilis. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga,
2011.
Gredler, Margaret E. Learning and Instruction Teori
dan Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2011.
Hergenhahn
dan Mattheo H. Olson. Theories Of
Learning. Jakarta: Kencana, 2008.
Nurochim.
Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu Sosial. Cet.1; Jakarta: Rajawali
Pers, 2013.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Cet. IX; Jakarta: Kencana, 2013.
Slameto.
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cet. III; Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1995.
Sudjana,
Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algasindo, 2009.
--------.Teori-teori
Belajar Untuk Pengajaran. Cet.1; Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1999.
Sumiati dan Asra. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima, 2008.
Suryabrata,
Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Susilana,
Rudi dan Cepi Riyana. Media Pembelajaran.
Cet. II; Bandung: CV Wacana
Prima, 2008.
Syah,
Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
--------.
Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press, 2009.
Syarifuddin,
Tatang. Landasan Pendidikan. Cet. I; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Tohirin.
Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008.
Usman, Syahruddin. Belajar dan Pembelajaran
Perspektif Islam. Cet. I; Makassar; Alauddin University Press, 2014.
Wena,
Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
[1]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IX; Jakarta: Kencana, 2013),
h. 45.
[4]Nana Sudjana, Teori-teori Belajar Untuk
Pengajaran (Cet.1; Jakarta: Fakultas
Ekonomi UI, 1999), h. 38.
[6]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Cet. III; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 2.
[9]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 92.
[10]Made Wena, Strategi Pemelajaran Inovatif Kontemporer:
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional
(Cet. V; Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
h. 2.
[11]Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-ilmu
Sosial (Cet.; Jakarta: Rajawali Press, 2013), h. 17.
[12]Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran (Cet.
II; Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 1.
[13]Muhammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas ( Cet.
II; Bandung: CV Wacana Prima, 2008), h. 6.
[14]Made Wena, Strategi Pemelajaran Inovatif kontemporer:
Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, h. 10.
[15]Tohirin, Psikologi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008), h. 15-16.
[16]Syahruddin Usman, Belajar dan
Pembelajaran Perspektif Islam (Cet. I; Makassar: Alauddin University Press,
2014), h. 76.
[17]Syahruddin Usman, Belajar dan
Pembelajaran Perspektif Islam, h. 84.
[18]Margaret E. Gredler, Learning
and Instruction Teori dan Aplikasi (Jakarta: Kencana, 2011), 424.
[19]Tatang Syarifuddin, Landasan
Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Direktorat jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 114.
[20]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, h. 92.
[21]Hergenhahn dan
Mattheo H. Olson, Theories of Learning (Jakarta: Kencana, 2008), h. 76.
[22]Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan
Pembelajaran, h. 10.
[23]Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar dan
Pembelajaran, h. 20.
[24]Made Wena, Strategi Pemelajaran Inovatif
Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, h. 25.
Post a Comment